Ilustrasi proses persalinan pada ibu (Gambar by huffingtonpost.com) |
IndoNewz.com - Pendarahan pasca melahirkan bagi seorang wanita merupakan hal yang normal terjadi. Namun jika yang terjadi adalah pendarahan berat, hal ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian bagi si ibu. Jika ibu mengalami pendarahan berat pasca melahirkan, harus segera ditangani agar nyawa si ibu bisa tertolong.
Lalu pendarahan yang normal itu seperti apa?
Pasca si ibu melahirkan, tubuh akan mengeluarkan plasenta. Rahim ibu harus melakukan kontraksi kuat untuk memutuskan pembuluh darah dimana plasenta tersebut menempel pada dinding rahim. Pada saat itu, si ibu akan mengalami kehilangan darah karena plasenta berusaha terpisah dari dinding rahim. Hal ini merupakan pendarahan yang normal terjadi pada ibu pasca melahirkan.
Namun jika pendarahan berat yang terjadi pada si ibu pasca dia melahirkan, hal ini harus segera diwaspadai dan ditangani secepatnya. Pendarahan berat terjadi karena rahim yang tidak berkontraksi dengan baik (atonia uteri). Biasanya untuk mencegah terjadinya pendarahan berat, si ibu akan diberikan suntikan untuk membantu rahim berkontraksi, sehingga plasenta lebih mudah untuk dikeluarkan.
Pendarahan berat yang terjadi pasca melahirkan disebut dengan postpartum hemoragik (PPH) dan terbagi kedalam dua jenis :
1. PPH primer, yaitu ketika ibu kehilangan lebih dari 500 ml darah selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini bisa terjadi pada 5 dari 100 wanita.
2. PPH sekunder, yaitu terjadi ketika ibu mengalami perdarahan vagina yang hebat atau abnormal antara 24 jam pertama sampai 12 minggu setelah melahirkan. Hal ini bisa dialami oleh kurang dari 2 dari 100 wanita.
Apa yang menyebabkan pendarahan berat ibu pasca melahirkan?
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah kondisi di mana rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan plasenta, sehingga dapat memicu perdarahan hebat dan cepat setelah ibu melahirkan.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan atonia uteri adalah kehamilan kembar, makrosomia (bayi besar), cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion), kelainan janin, kelainan struktur rahim, dan sebagainya. Anda juga lebih berisiko mengalami perdarahan hebat jika Anda melahirkan dalam waktu sangat lama atau sangat cepat.
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta terjadi saat plasenta ibu masih tertahan di dalam rahim setelah melahirkan bayi. Hal ini membuat pembuluh darah di rahim belum tertutup dengan benar, sehingga bisa terjadi perdarahan hebat. Retensio plasenta lebih mungkin terjadi saat ibu melahirkan di usia kehamilan yang sangat dini, terutama kurang dari 24 minggu (kelahiran sangat prematur), dan perdarahan hebat lebih mungkin terjadi pada saat ini.
3. Plasenta akreta
Plasenta akreta terjadi saat pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta tertanam terlalu dalam di dinding lahir. Pada kondisi ini, plasenta bisa menempel sebagian atau seluruhnya di dinding rahim saat ibu sudah melahirkan bayinya. Hal ini kemudian bisa menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan. Plasenta akreta mungkin disebabkan karena kelainan pada dinding rahim.
4. Gangguan koagulasi (pembekuan darah)
Gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan ibu mengalami perdarahan berat setelah melahirkan. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan pembekuan darah adalah penyakit von willebrand, hemofilia, dan idiopatik trombositopenia purpura. Selain itu, komplikasi saat kehamilan, seperti preeklampsia dan hipertensi gestasional, juga dapat memengaruhi kemampuan darah untuk membeku, sehingga komplikasi kehamilan juga dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan.
Sumber : hellosehat.com
Tag : pendarahan normal pasca melahirkan, pendarahan berat pasca melahirkan, beda pendarahan normal dan berat pasca melahirkan, waspada pendarahan berat pasca melahirkan, penyebab pendarahan berat pasca melahirkan, postpartum hemoragik pph, indonewz, indonewz.com
0 komentar:
Posting Komentar